Senin, 20 Mei 2013

Mengenal Cacing Tanah (Bagian Dua)

Cacing tanah bukanlah hewan asing bagi kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Hewan yang tampak lemah dan menjijikkan ini seolah tidak ada manfaatnya sama sekali. Namun hewan ini memiliki potensi sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

Dalam hubungannya dengan sejarah kelestarian lingkungan hidup dan peningkatan pangan dunia, peranan cacing tanah telah diketahui sejak dahulu kala. Seorang ahli filsarat Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah perutnya bumi. Pada tahun 69-30 SM, ratu cantik Cleopatra yang saat itu berkuasa di Mesir melarang bangsa mesir memindahkan cacing tanah keluar dari Mesir. Bahkan petaninya dilarang menyentuh cacing, sebab pada waktu itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.

Dalam catatan klasik Tiongkok, cacing tanah disebut Tilung atau Naga Tanah. Cacing tanah ini sudah sejak dahulu kala mereka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan macam-macam penyakit. Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi.

Para petani juga telah mengetahui secara turun temurun bahwa tanah yang banyak cacing tanahnya kesuburannya meningkat. Luar biasa peranan serta sumbangan cacing tanah terhadap kehidupan manusia.

Baca juga - Mengenal Cacing Tanah (Bagian Satu)

Warung Cacing. Diberdayakan oleh Blogger.